Silat Banten Aliran Terumbu

February, 01 2012



Kiyai Terumbu merupakan ulama besar Banten pada Abad 15 sebelum sultan Hasanudin menjadi sultan di Kerajaan Banten dan pada masa tersebut kerjaan Banten belum menjadi kerajaan islam dan beliau bermukim di suatu kampung, yang mempunyai 5 orang anak dan anak pertama bernama Abdul Fatah.
Menjelang usia dewasa Abdul Fatah pernah mempunyai istri dari manusia dan usianya tidak lama dan Abdul Fatah ingin mencari seorang istri lagi tetapi tidak ada yang mau di peristri oleh Abdul Fatah karena takut usianya tidak lama seperti istri sebelumnya dan Abdul Fatah mengembara dari satu kampung ke kampung lainnya tapi belum juga mendapatkan jodoh. Akhirnya beliaupun menghadap kepada Ki Terumbu untuk meminta saran agar cepat mendapatkan seorang istri. Ki terumbupun memberikan saran, agar menjadi seorang Aulia Allah harus menikah dengan bangsa jin islam. Dan untuk menemukan jin islam perempuan pun tidak mudah untuk menemukanknya dan untuk menemukannya Ki Terumbu menyarankan untuk membuat suatu sumur pemandian di suatu kampung yang terdapat alasnya ( hutan ) yang tidak jamah oleh manusia apabila sumur tersebut digunakan mandi oleh jin perempuan islam, maka Abdul Fatah harus mengambil salah satu pakaian jin tersebut .
Beliaupun menjalankan saran Ki Terumbu untuk membuat suatu sumur pemandian pertama di kampung kasemen, tapi setelah beberapa waktu dilihat ternyata belum ada tanda – tanda adanya jin tersebut, Abdul Fatahpun membuat lagi sumur pemandian di kampung pontang sekarang tirtayasa tetapi belum juga berhasil. Dan akhirnya beliau meminta saran Ki Terumbu lagi dan Ki Terumbu menyarankan agar membuat sumur yang bernama sumur pulauan di kampung yang ditempati oleh ki terumbu kp. Padadaran ( sekarang kp. Terumbu ), setelah dibuat selang 3 hari akhirnya Abdul fatah menemukan tanda – tanda bahwa sumur pemandian yang di buatnya terlihat keruh pada malam hari dan keesokan harinya beliau mengintip sumur tersebut dan menemukan tiga jin perempuan sedang mandi pada sumur pemandian tersebut. Dan beliaupun mengambil salah satu baju jin perempuan tersebut, tetapi kedua jin yang lainnya langsung mengetahui dan langsung mengambil pakaiannya dan menghilang sedangkan jin perempuan yang satunya lagi masih ada di sumur pemandian tersebut tidak bisa menghilang karena pakaiannya dipegang oleh Abdul fatah dan di sembunyikan di lumbung pari agar tidak ditemukan oleh jin tersebut.
Dan Abdul Fatahpun langsung memberikan pakaian manusia untuk di kenakan oleh jin perempuan tersebut. Jin tersebut langsung dibawanya kerumah Ki Terumbu untuk langsung dinikahkan dengan wali hakim. Dan dinikahkan oleh ki terumbu dan ki terumbu memberi pesan bahwa kedua mempelai bisa hidup normal seperti manusia biasa dengan catatan jangan sampai istri Abdul Fatah mengenakan baju jinnya kembali, apabila mengenakannya akan langsung hilang. Dan Abdul Fatah pun mengikuti nasehat Ki Terumbu.
Hasil pernikahan ki beji dengan jin perempuan tersebut dikaruniai 3 orang anak diantaranya : anak pertama bernama Tanjung anom, anak kedua. bernama Kudup melati, anak ketiga bernama Dewi Rasa. Pada waktu syarif Hidayatullah akan rapat dewan walisongo membawa anaknya sultan hasanudin ( sebelum menjadi raja Kesultanan Banten ) kepada Ki Beji untuk dititipkan sementara syarif Hidayatullah Rapat dengan Walisongo di Demak beserta KH. Abdul Fatah ( Ki Beji ). Perjalanan menuju Demak memakan waktu 3 hari 3 malam untuk sampai lokasi Mesjid Demak dan pulangnya memakan waktu 3 hari 3 malam. Pada waktu perjalanan menuju Demak ada beberapa kejadian penting diantaranya :
1. Pada hari pertama perjalanan Ki Beji menemukan burung dara mati didepannya dan Ki Beji pun menangisi Burung dara tersebut dan berkata : ” andai saja ya Allah burung ini hidup dapat berguna bagi anak dan keluarganya”, dan seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki Beji. Burung dara itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : “ jika Ki Beji butuh pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injrk bumi 3 kali “ . dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan Burung itu, dan burung tersebut langsung menghilang.
2. Pada hari kedua perjalanan Ki Beji menemukan belut putih mati didepannya dan Ki Beji pun menangisi belut putih tersebut dan berkata : ” andai saja ya Allah belut putih ini hidup dapat berguna bagi anak dan keluarganya”, dan seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki Beji. belut putih itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : “ jika Ki Beji butuh pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injak bumi 3 kali “ . dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan belut putih itu, dan belut putih tersebut langsung menghilang.
3. Pada hari kedua perjalanan Ki Beji menemukan lalat besar mati didepannya dan Ki Beji pun menangisi lalat besar tersebut dan berkata : ” andai saja ya Allah lalat besar ini hidup dapat berguna bagi anak dan keluarganya”, dan seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki Beji. lalat besar itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : “ jika Ki Beji butuh pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injak bumi 3 kali “ . dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan lalat besar itu, dan lalat besar tersebut langsung menghilang.
4. Pada malam terakhir perjalanan pulang menuju Kp. Terumbu Banten, Ki Beji menemukan Burung Garuda mati didepannya dan Ki Beji pun menangisi Garuda mati tersebut dan berkata : ” andai saja ya Allah Garuda mati ini hidup dapat berguna bagi anak dan keluarganya”, dan seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki Beji. Burung Garuda itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : “ jika Ki Beji butuh pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injak bumi 3 kali “ . dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan Garuda itu, dan Garuda tersebut langsung menghilang.
Sesampainya Ki Beji di rumahnya, beliau kaget karena mencari – cari istrinya tidak ada di rumah, dan Ki Beji langsung kerumahnya Kiyai Terumbu menanyakan keberadaan istrinya yang hilang. Ki terumbu mengingatkan kepada Ki Beji sebelum berangkat, agar kunci gudang ( lumbung ) tempat menyimpan baju jin istrinya agar tidak diberikan kepada istrinya Ki Beji, Ki besus ( penjaga rumah Ki Beji ) yang di amanati Ki Beji agar menjaga kunci tersebut tidak di berikan kepada siapapun termasuk istrinya. Ternyata ki besus hilaf akan tugasnya ketika itu ki besus tertidur ketika menjaga rumah dan tanpa disadari istri Ki Beji mencurinya dan langsung menghilang. Ki Beji seharusnya tahu isyarat pada waktu perjalanan pulang menemukan Burung garuda mati tersebut bisa membawa Ki Beji ke negeri Jin menurut Ki terumbu. Maka seketika itu Ki Beji langsung memanggil Garuda itu dan langsung datang, dan langsung membawa Ki Beji ke negeri jin tempat istrinya tinggal. Sampailah Ki Beji ke negeri Jin dengan Garuda, di pintu gerbang Ki Beji menemukan penjaga negeri jin dan melarang manusia memasuki negerinya, tapi Ki Beji bersikeras akan membawa pulang ke dunia istrinya. Penjaga itupun mempersilahkan Ki Beji membawa istrinya dengan beberapa syarat :
1. Ki Beji dikasih keranjang untuk mengangsu air ke negeri jin
Dalam pikirannya beliau berpikir bagaimana mengangsu air dengan keranjang sedangkan keranjang itu bolong – bolong, dan beliaupun teringat pada belut putih yang hidup di air. Dan dengan bantuan belut putih itu Ki beji dapat mengangsu air dengan cara keranjang tersebut di lilit dengan tubuh belut putih tersebut.
1. Ki beji di suruh membawa kacang ijo sekarung dibuang oleh penjaga negeri jin ke dunia agar membawanya kembali utuh menjadi satu karung kembali. Dan Ki beji meminta bantuan kepada burung dara untuk memakan semua kacang yang bercecer dan memasukkan kembali ke karung untuk di bawa ke negeri jin
2. Ki Beji disuruh mencari istrinya berada sedangkan istana jin itu beratus lantai dan harus tahu dimana lokasi tampat istrinya berada. Ki Beji pun meminta bantuan kepada burung dara agar mencarikan lokasi dimana istrinya berada dan waktu itu burung dara itu langsung laporan ke Ki Beji bahwa sudah menemukan istrinya berada.
3. Setelah ketemu dimana istrinya berada, sekarang Ki Beji harus menemukan dimana istrinya sedangkan bangsa jin perempuan wajahnya sama mencapai ribuan. Ki Beji meminta bantuan lalat besar agar ditemukan keberadaan istrinya. Ki Bji menyuruh lalat tersebut menghinggapi wajah muka istrinya dan tebakan Ki Beji itu benar. Jin perempuan itu di Tanya oleh penjaga negeri jin, “ benar kamu sudah menikah dengan Ki Beji bangsa manusia?” dan jin tersebut mengiyakan perkataan Ki Beji maka di bawalah istrinya kembali ke kp. Terumbu dan menjalani hidup normal seperti manusia hingga mempunyai 3 orang anak ( Tanjung Anom, Kudup Melati, Dewi Rasa )
Julukan Ki beji karena beliau berhati besi atau beji yang membangkang pada kompeni dan tidak mau diusir oleh penjajah kompeni ( Belanda ) dari tanah kampung terumbu Banten. Masyarakat dan keturunan Ki Terumbu diajari ilmu silat dari anak – anak hingga dewasa untuk melawan penjajahan belanda hingga sekarang silat ini turum temurun masih terjaga kelestariannya di kampung terumbu, Kasemen serang. Pada keturunan ke 4 atau cicit dari H. Agus( anak ke 4 dari Ki Zunedil Qubro bin Ki Terumbu ) yaitu H. Mad sidiq mewarisi ilmu silat Bandrong dan mempunyai istri di pulo ampel bojonegara – Serang serta mengembangkannya aliran silat ini ke daerah cilegon dan sekitarnya untuk melawan penjajahan belanda dan jepang sedangkan M. Idris mewarisi ilmu silat terumbu dan beliau bermukim di kampung terumbu dalam pengembangannya aliran silat ini berkembang di daerah serang dan sekitarnya untuk melawan penjajahan belanda dan jepang.
Mukjizat / Kesaktian Keturunan Terumbu
Nyi jong mempunyai kesaktian sebuah kerudung, apabila di simpan di pohon maka akan ada lautan darah di tempat tersebut, karena pada waktu kompeni akan menyerbu kampong terumbu, beliau mengikatkan kerudungnya pada sebuah pohon dan kampung terumbu pun menjadi lautan darah dan pasukan kompenipun terkecoh oleh kekuatan dan kesaktian nyi jong dengan kerudungnya dan merekapun meninggalkan kampung terumbu.
Nyi Audah mempunyai umur yang panjang hingga 300 tahun.
H. Buang mempuyai kesaktian dapat mengalahkan macan siluman yang ada di benteng Jakarta sekarang menjadi lapangan benteng. Pada zaman VOC / kompeni menduduki sunda kelapa, setiap pasukannya melewati lapangan benteng selalu mati diterkam oleh macan siluman. Kompeni pun mengadakan sayembara hadiah kepada siapa saja yang yang dapat mengalahkan macan siluman itu akan dihadiahi tanah seluas 1 hektar, waktu itu H. Buang datang ke kompeni memakai dan membawa dagangan kacang pikulan. Kompeni tidak percaya akan penampilan pada H. Buang karena pakaianya sederhana tidak kelihatan seperti jawara, akhirnya H. Buangpun di terima untuk membunuh macan siluman yang ada di benteng, tak lama kemudian H. Buang dapat mengalahkan macan siluman itu dengan mudah. Setelah itu pasukan kompeni dapat melewati daerah benteng dengan aman dan menghadiahi beliau tanah yang dijanjikan.

KEBUYUTAN BANTEN

1. PARABU DEWARATU PULO PANAITAN
2. PRABU LANGLANG BUANA GUNUNG LOR PULA SARI
3. PRABU MUDING KALANGON PUNCAK MANIK GUNUNG LOR PULASARI
4. PRABU SEDASAKTI TAJO POJOK
5. PRABU MANDITI GUNUNG KARANG
6. PRABU BANGKALENG CANGKANG
7. NYAIMAS RATU WIDARA PUTIH SERAM TENGAH LAUTAN
8. NYAIMAS DJONG
9. KYAI AGU DJU
10. INDRA KUMALA GUNUNG KARANG PEPITU PAKUAN
11. MANIK KUMALA SUNGAI CIUJUNG
LELUHUR BANTEN

PANEMBAHAN SABAKINGKING RATU DJAYA CHASANUDDIN BIN SYARIEF HIDAYATULLOH MACHDUM GUNUNG DJATI (CIREBON) Beristri dengan ;
DEWI SITI FATIMAH binti RADEN CHASAN ABIL FATTACH SURYA ALAM ZAINIAL ABIDIN GELAGAH WANGI DEMAK MEMPUNYAI ANAK…..:
1.NYAIMAS RATU PEMBAYUN DIPANG UTARA BLORA
2.NYAIMAS RATU SARANENGAH JAMBI
3.NYAIMAS RATU KAMUDARAGI PALEMBANG
3.PANGERAN JUPRIE RATU JEPARA
4.PANGERAN PRINGGALAYA RATU BETAWI
5.PANGERAN PEJAJARAN RATU BOGOR
6.PANEMBAHAN PEKALONGAN MAULANA YUSUF RATU BANTEN
SULTHON MUCHAMMAD SABAKINGKING RATU BANTEN BERANAK CUCU :

1.SULTHON ABUL MUFAQIR ‘ABDUL QODIR KENARI
2.SULTHON ABUL MA’ANALI ACHMAD KENARI
3.SULTHON AGUNG ABUL FATEHI ABDUL FATTAH TIRTAYASA
4.SULTHON ABUNNASRI MAULANA MANSUR ABDUL QOHHAR CIKADUEUN
5.SULTHON ABUL FADLOLI
6.SULTHON ABUL MAHASIN MA’SUM
7.SULTHON ABDUL FATTAH MUHAMMAD SYIFA ZAINUL ‘ARIFIN
8.SULTHON SYARIFUDDIN RATU WAKIL MUHAMMAD WASI’
9.SULTHON ZAINUL ‘ASIKIN
10.SULTHON ABDUL MAFAQIR MUHAMMAD ALIYUDIN AWWAL
11.SULTHON ABDUL FATTAH MUHAMMAD MUHYIDIN ZAINUL SOLIHIN
12.SULTHON MUHAMMAD ISHAQ ZAINUL MUTTAQIN
13. SULTHON WAKIL PANGERAN NATAWIJAYA
14.SULTHON MUHAMMAD AKILLUDI TSANI
15.SULTHON WAKIL PANGERAN SURAMENGGALA
16.SULTHON MUHAMMAD SHOFIYUDIN
17.SULTHON MUHAMMAD ROFI-UDDA (DIASINGKAN DISURABAYA)

SEJARAH PERGURUAN PARAWALI TANAH BANTEN

1.SYEH MUHAMMAD SHOLEH GUNUNG SANTRI CILEGON
2.SYEH MUHAMMAD SHIHIB TAGAL PAPA MENGGER
3.SYEH ABDUL RO’UF PARAJAGATI CINGENGE
4.SYEH ABDUL GHANI MENES
5.SYEH MAHDI CARINGIN LABUAN
6.SYEH ABDURROHMAN ASNAWI CARINGIN LABUAN
7.SYEH WALI DAWUD CINGINDANG LABUAN
8.SYEH KIYAI MACHDUM ABDUL DJALIL KALIMAH BARRONI
GUNUNG RAMA SUKOWATI LABUAN
9.SYEH CINDRAWULUNG GUNUNG SINDUR TANGERANG
10.SYEH HAJI KAISAN
11.SYEH HAJI SILAIMAN GUNUNG SINDUR
12. SYEH KANJENG KYAI DALEM MUSTOFA GUNUNG SINDUR
13.SYEH KYAI BAGUS ATIK SULAIMAN QHOLIQ SERPONG


Sumber : http://www.anggaz.wordpress.com

Golok Ciomas, Hikayat & Keistimewaannya.

January, 31 2012



NAMA Golok Ciomas selama ini sudah dikenal secara luas. Tidak saja dilingkungan Banten, melainkan juga diseantero nusantara. Bahkan ke mancanegara. Banyak yang mengenal Golok Ciomas seperti halnya Debus yang sudah identik dengan Banten. Popularitas Golok Ciomas memang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari nama Banten. Sebab, kalau merujuk pada riwayat yang berkembang dimasyarakat, menunjukan bahwa munculnya Golok Ciomas ada pakuat pakaitna (keterkaitan) dengan perkembangan Kesulatanan Banten itu sendiri. Golok adalah sejenis senjata yang banyak digunakan pada masa lalu, termasuk ketika melawan penjajah.


Golok, didalam kamus umum bahasa Indonesia, diartikan sebagai benda sebangsa parang, atau sebangsa pedang, yang berukuran pendek. Untuk benda semacam itu, didaerah Banten dikenal dua nama. Yakni Golok dan Bedog. Secara fisik keduanya sama dan sebangun. Namun, keduanya memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda.


Bedog adalah peralatan yang penting dalam keperluan sehari- hari, terutama bagi mereka yang bekerja dikebun atau disawah. Memangkas pohon, menebang bambu, keperluan dapur, semua menggunakan Bedog. Ada juga sejenis Bedog yang bentuknya agak berbeda dengan Bedog atau Golok. Bagian ujungnya melengkung kebawah. Biasa disebut congkrang. Fungsinya lebih banyak digunakan untuk menyabit rumput atau keperluan dikebun lainnya.


Sedangkan Golok, umumnya difungsikan sebagai senjata yang dipakai untuk membela diri atau untuk keperluan darurat saja. Golok tidak digunakan dalam menebang pohon atau keperluan dirumah. Dijaman perjuangan atau jaman penjajahan, Golok banyak digunakan sebagai senjata untuk melawan penjajah. Para pendekar- didaerah Banten dan sekitarnya juga dikenal sebagai Jawara- biasanya memiliki senjata utama berupa Golok. Dalam cerita dan komik- komik tentang pendekar, terungkap bahwa Golok adalah bagian yang tidak terpisahkan. Mereka biasanya memberi nama khusus terhadap Golok yang dimiliki para pendekar. Nama itu biasanya menunjukan keistimwaannya.


Ciomas, sebuah tempat yang berjarak sekitar 20 Km selatan Kota Serang, Banten, dikenal memiliki sebuah tradisi pembuatan Golok yang khusus. Produknya dikenal dengan nama Golok Ciomas, yang dikenal memiliki banyak keistimewaan. Sejak dulu Golok Ciomas dikenal memiliki “isi” yang tidak sembarangan. Dalam istilah masyarakat, ada perkataan, “lain Golok sembarang Golok, ieu mah Golok Ciomas” (bukan Golok sembarang Golok, ini Golok Ciomas).


Sama halnya dengan Kris di Jawa, Golok Ciomas diyakini memiliki nilai mistis. Banyak yang mempercayai bahwa Golok Ciomas sangat ampuh untuk “menaklukan” musuh. Tapi pengertian “menaklukan” tidak berarti Golok itu digunakan untuk menyakiti fisik musuh. Bahkan kadang musuh bisa “ditaklukan” tanpa harus mengeluarkan Golok dari serangka-nya.


Kedatangan orang yang memiliki Golok Ciomas ketempat yang tengah terjadi perselisihan, konon bisa meredakan perselisihan itu. Golok Ciomas juga bisa meredakan suasana hati yang panas, kemarahan, kejengkelan, dan amarah lainnya. Bahkan, dengan nada sedikit bergurau, ada juga yang berbisik soal keistimewaannya: “Nu rek nagih hutang ge kalah ka teu jadi” (yang mau menagih hutang saja bisa tidak jadi).


Ada juga keistimewaan dari segi fungsi. Konon, karena dibuat secara khusus, kulit yang terluka oleh Golok Ciomas, sedikit saja, akan sukar sekali sembuh. Bahkan kalau disayatkan ke pohon pisang muda, pohon itu akan membusuk dan mati.


Padahal pohon pisang, selain karena penyakit, biasanya tidak akan mati sebelum berbuah. Sehingga dikenal falsafah pisang yang menyebut pohon itu tidak mati sebelum memberi arti bagi kehidupan lainnya. Ditebang berkali- kali dengan Golok biasa, pohon pisang akan hidup dan muncul pucuk baru. Begitu seterusnya, sampai ia berbuah. Setelah berbuah pasti akan mati.


Lain halnya apabila terkena Golok Ciomas, jangankan ditebang, tersayat saja akan menyebabkan ia mati dan membusuk. Seolah Golok itu memiliki racun yang maha dahsyat, yang merupakan buatan mpu yang sakti yang juga seorang ahli metalurgi yang mumpuni. Tak ubahnya kisah dibuku- buku cerita masa silam. Keyakinan itu berkembang begitu luas dimasyarakat. Adapun kebenarannya, wallahualambishawab.


Yang pasti setiap orang yang memiliki Golok Ciomas memiliki cerita sendiri- sendiri. Ada seratus orang, ya seratus cerita. Seribu orang, seribu cerita. Kalau para pemilik Golok Ciomas berkumpul, akan banyak cerita yang bisa menjadi bahan pembicaraan dan menyebabkab satu sama lain merasa dekat. Hal demikian makin merekatkan tali silaturrahmi diantara mereka.


Banyak persahabatan yang muncul kemudian, menurut syariatnya karena Golok Ciomas. Seorang tokoh pemegang Golok Ciomas, menceritakan, dirinya mengantar temannya untuk dioperasi katarak di RS Cicendo Bandung. Sesampainya disana, si Dokter yang ia kenal karena sama- sama memiliki koleksi Golok Ciomas, malah selain memeriksa temannya, juga memeriksa dirinya. Gratis tentu saja.

Banyaknya kisah juga karena model Golok Ciomas tidak ada yang sama persis. Masing- masing memiliki perbedaan dan keunikan sendiri- sendiri, sesuai pesanan pemiliknya. Ada jenis kembang kacang, mamancungan, candung, dan salam nunggal. Ukurannya ada yang kecil, pas di-soren dipinggang. Ada pula yang panjang mendekati ukuran pedang. Didalam hikayatnya, Golok Ciomas bisa dilipat, bisa sangat tipis seperti seng dan aneka bentuk lainnya.


Salah seorang pemilik Golok Ciomas pernah menceritakan ketika ia bertandang kesebuah daerah di Jawa Tengah. Mereka-pun terlibat dalam pembicaraan yang seru soal Kris. Yang dikunjungi ternyata memiliki Kris yang “berisi”. Kris itu ternyata mampu berdiri dengan ujung runcingnya. Kalau melihat fisik Golok, mustahil Golok Ciomas mampu tampil berdiri dengan ujungnya. Sebab berbeda dengan Kris, secara vertikal, Golok pasti tidak seimbang. Namun apa yang terjadi, ternyata Golok itu bisa berdiri menyesuaikan diri dengan titik tumpunya. Persis seperti yang dilakukan terhadap Kris, Golok Ciomas-pun bisa.


Suatu ketika, dibulan Maulud seseorang datang ke Ciomas dengan niat mau menyerahkan sebuah Golok. Katanya, ia mendapat wangsit, salah seorang keluarganya akan sembuh dari sakitnya apabila ia menyerahkan Golok yang dimiliki keluarganya ke seseorang di Ciomas. Seorang anggota keluarganya memang telah lama mengidap penyakit yang aneh. Maka ia-pun berkeliling Ciomas.


Setelah ditelusuri, ternyata seseorang di Ciomas menyampaikan bahwa golok peninggalan keluarganya telah lenyap sejak lama, dan ia mengharapkan kembalinya Golok itu. Ia sampaikan lengkap dengan ciri- cirinya. Akhirnya, si pemegang Golok-pun tidak ragu menyerahkan Golok itu padanya. Tak lama kemudian keluarganya yang sakitpun sembuh.


Ada pula seseorang yang begitu perhatiannya terhadap Golok Ciomas. Dia pelajari betul detail- detail Golok Ciomas. Sampai- sampai dari bobotnya, ia bisa menentukan mana Golok Ciomas yang asli dan mana yang bukan. Salah satu caranya adalah dengan menimbang tengah Golok yang diangkat secara horizontal. Konon, pada titik tengahnya akan tercapai keseimbangan.


Masih banyak sekali cerita tentang Golok Ciomas. Ada kisah yang bersumber pada fisik Golok, Ada pula yang kental sekali unsur mistisnya. Tapi banyak alasan sehingga Golok Ciomas hingga kini banyak dimiliki oleh berbagai kalangan. Dari kalangan pengusaha hingga pejabat. Sebagian besar menyimpannya sebagai koleksi dan tanda mata dari daerah Banten. Banyak pejabat yang ketika datang ke Banten, pulang membawa cendera mata berupa Golok Ciomas. Yang memiliki kebanyakan lebih suka menyimpannyan sebagai barang koleksi yang punya nilai religius tinggi.


Sedangkan yang di soren dipinggang, dibawa ke kebun atau ke sawah, pastilah Bedog, bukan Golok Ciomas. Memang para sesepuh di Ciomas, yang hingga kini masih memegang kuat tradisi pembuatan Golok Ciomas, meyakini bahwa Golok Ciomas bukanlah alat untuk menyakiti orang.


Atas dasar kenyataan demikian, cukup alasan untuk menyebut bahwa Golok Ciomas adalah salah satu jenis senjata khas Banten, yang hingga kini prosesi pembuatannya masih dilakukan secara turun temurun. Banten dengan Golok Ciomas tidak ubahnya Aceh dengan Rencong, Dayak dengan Mandau, atau Jawa dengan Keris.***


Sumber : http://www.golokciomas.com

Gunung Santri

January, 12 2012
Gunung santri merupakan salah satu bukit dan nama kampung yang ada di Desa Bojonegara Kecamatan Bojonegara Kabupaten Serang Daerah ini berada di sebelah barat laut daerah pantai utara 7 Kilometer dari Kota Cilegon. Letak gunung santri berada ditengah dikelilingi gugusan gunung-gunung yang memanjang dimulai dari pantai dan berakhir pada gunung induk yaitu gunung gede. di puncak gunung santri terdapat makan seorang wali yaitu Syekh Muhammad Sholeh, jarak tempuh dari kaki bukit menuju puncak bejarak 500 M hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.

Kampung di sekitar gunung santri antara lain Kejangkungan, Lumajang, Ciranggon, Beji, Gunung Santri dan Pangsoran. Di kaki bukit sebelah utara di kampung Beji terdapat masjid kuno yang seumur dengan masjid Banten lama yaitu Masjid Beji yang merupakan masjid bersejarah yang masih kokoh tegak berdiri sesuai dengan bentuk aslinya sejak zaman Kesultanan Banten yang kala itu Sultan Hasanudin memimpin Banten. Syekh Muhammad Sholeh adalah Santri dari Sunan Ampel, setelah menimba ilmu beliau menemui Sultan Syarif Hidayatullah atau lebih di kenal dengan gelar Sunan Gunung Jati (ayahanda dari Sultan Hasanudin) pada masa itu penguasa Cirebon. Dan Syeh Muhamad Sholeh diperintahkan oleh Sultan Syarif Hidayatullah untuk mencari putranya yang sudah lama tidak ke Cirebon dan sambil berdakwah yang kala itu Banten masih beragama hindu dan masih dibawah kekuasaan kerajaan pajajaran yang dipimpin oleh Prabu Pucuk Umun dengan pusat pemerintahanya berada di Banten Girang.

Sesuai ketelatennya akhirnya Syekh Muhammad Sholeh pun bertemu Sultan Hasanudin di Gunung Lempuyang dekat kampung Merapit Desa UkirSari Kec. Bojonegara yang terletak di sebelah barat pusat kecamatan yang sedang Bermunajat kepada Allah SWT. Setelah memaparkan maksud dan tujuannya, Sultan Hasanudin pun menolak untuk kembali ke Cirebon. Karena kedekatannya dengan ayahnya Sultan Hasanudin yaitu Syarif Hidayatullah, akhirnya Sultan Hasanudin pun mengangkat Syekh Muhammad Sholeh untuk menjadi pengawal sekaligus penasehat dengan julukan “Cili Kored” karena berhasil dengan pertanian dengan mengelola sawah untuk hidup sehari-hari dengan julukan sawah si derup yang berada di blok Beji.

Syiar agam Islam yang dilakukan Sultan Hasanudin mendapat tantangan dari Prabu Pucuk Umun, karena berhasil menyebarkan agama Islam di Banten sampai bagian Selatan Gunung Pulosari (Gunung Karang) dan Pulau Panaitan Ujung Kulon. Keberhasilan ini mengusik Prabu Pucuk Umun karena semakin kehilangan pengaruh, dan menantang Sultan Hasanudin untuk bertarung dengan cara mengadu ayam jago dan sebagai taruhannya akan dipotong lehernya, tantangan Prabu Pucuk umun diterima oleh sultan Hasanudin. Setelah Sultan Hasanudin bermusyawarah dengan pengawalnya Syekh Muhamad Soleh, akhirnya disepakati yang akan bertarung melawan Prabu Pucuk Umun adalah Syekh Muhamad Sholeh yang bisa menyerupai bentuk ayam jago seperti halnya ayam jago biasa. Hal ini terjadi karena kekuasaan Allah SWT.

Pertarungan dua ayam jago tersebut berlangsung seru namun akhirnya ayam jago milik Sultan Maulana Hasanudin yang memenangkan pertarungan dan membawa ayam jago tersebut kerumahnya. Ayam jago tersebut berubah menjadi sosok Syekh Muhammad Sholeh sekembalinya di rumah Sultan Maulana Hasanudin. Akibat kekalahan adu ayam jago tersebut Prabu Pucuk Umun pun tidak terima dan mengajak berperang Sultan Maulana Hasanudin, mungkin sedang naas pasukan Prabu Pucuk Umun pun kalah dalam perperangan dan mundur ke selatan bersembunyi di pedalaman rangkas yang sekarang dikenal dengan suku Baduy.

Setelah selesai mengemban tugas dari Sultan Maulana Hasanudin, Syekh Muhammad Sholeh pun kembali ke kediamannya di Gunung santri dan melanjutkan aktifitasnya sebagai mubaligh dan menyiarkan agama Islam kembali. Keberhasilan Syekh Muhammad Sholeh dalam menyebarkan agama Islam di pantai utara banten ini didasari dengan rasa keihlasan dan kejujuran dalam menanamkan tauhid kepada santrinya, semua itu patut di teladani oleh kita semua oleh generasi penerus untuk menegakkan amal ma’rup nahi mungkar.

Beliau Wafat pada usia 76 Tahun dan beliau berpesan kepada santrinya jika ia wafat untuk dimakamkan di Gunung Santri dan di dekat makan beliau terdapat pengawal sekaligus santri syekh Muhammad Sholeh yaitu makam Malik, Isroil, Ali dan Akbar yang setia menemani syekh dalam meyiarkan agama Islam. Syekh Muhammad Sholeh wafat pada tahun 1550 Hijriah/958 M. jalan menuju makam Waliyullah tersebut mencapai kemiringan 70-75 Derajat sehingga membutuhkan stamina yang prima untuk mencapai tujuan jika akan berziarah. Jarak tempuh dari tol cilegon Timur 6 KM kearah Utara Bojonegara, jika dari Kota Cilegon melalui jalan Eks Matahari lama sekarang menjadi gedung Cilegon Trade Center 7 KM kearah utara Bojonegara disarikan dari buku “Gunung Santri Objek Wisata Religius”.

Sumber: wisatabanten.com.