Usia Ibnu kurang dari lima tahun saat adik yang didambakannya lahir kedunia. Perasaan senang dan bahagia saat itu sangat dirasakannya. Karena sebelumnya ia sangat menantikan kehadiran seorang adik . Ia kerap mendapatkan sesuatu yang selalu ia katakan kelak akan dihadiahkan untuk adiknya bila kelak ia lahir nanti. Saat menjelang tidurnya ia tak pernah melewatkan untuk mencium perut ibunya sebagai ungkapan perasaan sayang kepada sang adik. Panggilan dengan sebutan A’a (sebutan untuk kakak daerah sunda) adalah salah satu hal yang ia dambakan.
Namun rupanya harapan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Harapan itu berbeda dengan apa yang ia alami kini. Setelah adiknya lahir, sang adik seringkali menangis, rewel, dan terkadang sakit karena kondisi fisiknya yang masih lemah, belum lagi perhatian sang ibu yang dulu berjanji akan berlaku adil dalam memberi perhatian antara ia dan adiknya, kini sedikit berubah.
Perasaan Ibnu kini sedih, mereka tidak juga mengerti perasaannya yang kini merasa terasingkan. namun semangatnya masih ada, ia terus berusaha untuk menunjukan perasaan cinta dan sayangnya, diwaktu pagi saat ibunya menyiapkan baju dan diapers untuk sang adik disamping tempat tidurnya, ia selalu sigap mencoba menyiapkan lebih dulu apa yang sang ibu butuhkan. Malangnya lagi sang ibu malah menunjukan sikap marah, karena dirinya isi lemari adiknya berantakan, rupanya sewaktu ia hendak mengambil perlengkapan dan pakaian sang adik isi lemari menjadi berantakan. ibu tidak seperti dulu lagi, ibu kini berubah, ia selalu sibuk mengurusi adiknya, tiada lagi dongeng yang selalu ia bawakan menjelang tidurnya. hingga pada suatu malam Ibnu mengadu pada tuhan, tangan mungilnya ia tadahkan keatas, Ibnu menangis terisak, bocah kecil itu mengadu dalam doanya:
Namun rupanya harapan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Harapan itu berbeda dengan apa yang ia alami kini. Setelah adiknya lahir, sang adik seringkali menangis, rewel, dan terkadang sakit karena kondisi fisiknya yang masih lemah, belum lagi perhatian sang ibu yang dulu berjanji akan berlaku adil dalam memberi perhatian antara ia dan adiknya, kini sedikit berubah.
Perasaan Ibnu kini sedih, mereka tidak juga mengerti perasaannya yang kini merasa terasingkan. namun semangatnya masih ada, ia terus berusaha untuk menunjukan perasaan cinta dan sayangnya, diwaktu pagi saat ibunya menyiapkan baju dan diapers untuk sang adik disamping tempat tidurnya, ia selalu sigap mencoba menyiapkan lebih dulu apa yang sang ibu butuhkan. Malangnya lagi sang ibu malah menunjukan sikap marah, karena dirinya isi lemari adiknya berantakan, rupanya sewaktu ia hendak mengambil perlengkapan dan pakaian sang adik isi lemari menjadi berantakan. ibu tidak seperti dulu lagi, ibu kini berubah, ia selalu sibuk mengurusi adiknya, tiada lagi dongeng yang selalu ia bawakan menjelang tidurnya. hingga pada suatu malam Ibnu mengadu pada tuhan, tangan mungilnya ia tadahkan keatas, Ibnu menangis terisak, bocah kecil itu mengadu dalam doanya:
Tuhan sayang
Tolong kasih tau ibu kalau aku sayang sama dia.!
Tuhan aku kangen dongeng ibu...
Tolong kasih tau ibu kalau aku sayang sama dia.!
Tuhan aku kangen dongeng ibu...
Rupanya sang ibu mendengar doa itu, direngkuhnya Ibnu dalam pelukannya, sambil menangis, sang ibu menyadari kesalahannya dan berjanji untuk selalu memperhatikannya..